Enter your keyword

Sesi 3 – Pendekatan Budaya untuk Sains dan Teknologi: Belajar Dari Teori Jaringan-Aktor

Sesi 3 – Pendekatan Budaya untuk Sains dan Teknologi: Belajar Dari Teori Jaringan-Aktor

Sesi 3 – Pendekatan Budaya untuk Sains dan Teknologi: Belajar Dari Teori Jaringan-Aktor

Mata kuliah AR6112 Budaya Lokal dan Perancangan Arsitektur mengadakan sebuah rangkaian kuliah publik yang dimulai pada tanggal 24 Oktober 2020 – 05 Desember 2020. Kuliah publik ini bertujuan untuk membuka akses kepada khalayak umum mengenai beberapa materi dalam mata kuliah Budaya Lokal dan Perancangan Arsitektur serta menghadirkan berbagai narasumber yang dapat memberikan tanggapan mengenai topik-topik kuliah tersebut. Kuliah publik terdiri dari empat sesi yang dilaksakanan setiap hari Sabtu pada tiap pekan yang telah dijadwalkan.

Pada hari Sabtu, 21 November 2020, sesi ketiga dari rangkaian kuliah publik Budaya Lokal dan Perancangan Arsitektur dilaksanakan dengan judul ‘Pendekatan Budaya untuk Sains dan Teknologi : Belajar Dari Teori Jaringan-Aktor’. Pembicara utama pada sesi ketiga ini menghadirkan bapak Dr. Agus Suharjono Ekomadyo, ST. MT dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur, SAPPK ITB. Kemudian bapak Realrich Sjarief ST. MUDD. IAI. dari RAW Architecture dan bapak John Petrus Talan M. SP, dari Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) sebagai penanggap dari sisi praktisi dan sisi peneliti.

Materi kuliah pada sesi 3 ini dibuka oleh Dr.Agus Suharjono Ekomadyo, ST.,MT. sebagai pemateri utama yang memaparkan presentasi tentang teori ANT (Actor-Network Theory) yang merupakan salah satu pemikiran terbesar Bruno Latour. Materi dimulai dengan pemaparan tentang keresahan pemateri yang mendapatkan pertanyaan bagaimana mempertahankan kualitas arsitektur dalam pengembangan proyek di tengah tekanan politik, karena kualitas selalu kalah dalam hal ini. Oleh karena itu pemateri menelusuri permasalahan tersebut dengan kajian teori aktor-jaringan, melihat besarnya peranan aktor yang terlibat dalam proses perancangan dan cara menghidupkan arsitektur secara sosial dan budaya. Materi pun dilanjutkan dengan definisi ANT serta pendekatan ANT yaitu Travelling, Unraveiling dan Mapping yang juga menjadi tahapan metode untuk mendeskripsikan makna objek yang diteliti.

Pemateri pun membedah secara mendalam buku karya Bruno Latour ‘Reassembling the Social : an Introduction to Actor-Network Theory’ yang benar-benar merupakan kunci dari permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam arsitektur masyarakat. Terdapat lima kemungkinan hal mendasar dalam ontologi sosial yaitu nature of groups, nature of actions, nature of objects, nature of facts dan type of studies. Selain itu materi dilanjutkan dengan pembahasan tentang tiga langkah untuk tetap menjaga relasi sosial bertahan dengan baik. Terakhir pemateri mengenalkan cara pengaplikasian ANT pada pendekatan desain dan refleksi teoritis yang baik terutama dengan kasus di Indonesia.

Setelah sesi materi, terdapat dua tanggapan yang berbeda dari sisi praktisi dan peneliti mengenai ANT. Penanggap pertama Realrich Sjarief ST. MUDD. IAI memberikan pendapat bahwa keadaan ini memang sering menjadi suatu problematika bagi masyarakat dan arsitek, khususnya daerah ibukota. Ketukangan +Identitas+ Budaya=Gotong royong. Hal-hal kecil seperti ini nantinya menjadi sesuatu yang besar. ANT itu dapat dipertanyakan ulang, realisasinya terkait akan isu lingkungan dan sosial berjalan dengan baik atau tidak khususnya Indonesia. Penanggap pertama memaparkan bahwa material lokal dan sistem padat karya merupakan kualitas utama dari suatu ANT. Kemudian penanggap pertama juga membahas mengenai kontekstual arsitektur Indonesia pada tiap zamannya dan otobiografi dari arsitek dunia yang secara tersirat memiliki keterkaitan ANT pada gaya desainnya.

Untuk penanggap kedua merupakan John Petrus Talan M. SP, dari Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) yang memberikan tanggapannya dari sudut pandang peneliti. Penanggap kedua memberikan contoh arsitektur Bauhaus sebagai salah satu produk dari ANT. Penanggap kedua berpendapat bahwa pendekatan ANT ini membantu melihat fenomena baik fenomena sains dan teknologi karena pada dasarnya ANT ini mempertanyakan semua hal yang dianggap mapan dan mencoba memberi pengertian baru untuk kemudahan pemahaman realitas. Kemudian penanggap juga menjelaskan bahwa terdapat tantangan-tantangan dalam ANT, seperti adanya ketidakpastian, mendiskusikan ulang sains dan teknologi serta adanya cara tertentu dalam memandang ruang.

Sesi kuliah publik pun dilanjutkan dengan diskusi yang diajukan oleh moderator dan peserta umum kepada pemateri dan penanggap, dengan tujuan untuk memperdalam materi yang telah disampaikan. Kemudian kuliah ditutup oleh host dengan melakukan sesi foto bersama serta pengumuman informasi untuk kuliah publik selanjutnya.

Video rekaman webinar dapat diakses melalui Youtube pada tautan berikut: https://youtu.be/iILXZ2QMzDg
Sedangkan file presentasi webinar dapat diakses pada tautan berikut: https://drive.google.com/file/d/1vye3ohqujIWp3rhf7HyYUtfQKa8-uxk3/view?usp=sharing

Powered by TranslatePress »