Representasi Pergerakan dalam Desain Parametrik | Dany Nugroho
Representasi Pergerakan dalam Desain Parametrik sebagai Pendekatan Perancangan Pusat Perbelanjaan di Jalan Merdeka Bandung | Tesis Program Studi Magister Arsitektur SAPPK – ITB
Dany Nugroho Dwiantoro | 25213038
Gambaran Umum Perancangan
Perkembangan teknologi digital membuka berbagai kemungkinan baru dalam dunia arsitektur. Perangkat pemodelan parametrik seperti grasshopper dikembangkan sebagai alat untuk menganalisis berbasis logika dalam pencarian bentuk arsitektural baik 2D maupun 3D. Berbagai informasi dan kebutuhan dari lingkungan dimanipulasi dan diolah sehingga menghasilkan sebuah karya arsitektur yang terintegrasi dengan fenomena sosial dan fenomena alam.
Tesis ini mengeksplorasi bagaimana sistem parametrik dapat digunakan sebagai metode merancang untuk menjadi penghubung dari desain konseptual hingga hasil yang lebih deskriptif. Metode tersebut mengilustrasikan kegunaan sistem parametrik sebagai alat pembuat diagram untuk mengeksplorasi proposal intervensi dalam sistem urban. Tesis ini ditujukan sebagai eksperimen dalam kerangka mencari keterkaitan perilaku manusia khususnya pergerakan dengan pola desain parametrik yang kemudian diterjemahkan sebagai parameter desain untuk mencari bentuk ruang yang dibutuhkan. Fokus studi pada pergerakan mengarahkan perancangan utama pada sirkulasi, sehingga bentuk spasial akan terbentuk dari eksperimen sirkulasi. Program yang diusulkan adalah pusat perbelanjaan sebagai jembatan penghubung antar magnet kegiatan komersil di Jalan Merdeka Bandung. Fasilitas ini dipilih sebagai studi karena memiliki elemen pergerakan yang kuat di dalam sirkulasi sehingga sesuai dalam eksperimen rancangan.
Tujuan utama dari thesis ini adalah untuk mengungkapkan dan memberikan sebuah rekomendasi integrasi pusat perbelanjaan dalam permasalahan struktur kota. Pusat perbelanjaan dianggap berdampak negatif terhadap struktur ruang kota. Dominasi kapitalis mempengaruhi penggunaan parameter efisiensi dibandingkan pemaknaan secara arsitektural. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah bentukan arsitektur yang dapat memanfaatkan ruang sirkulasi sebagai bagian yang menguntungkan ke dalam bentuk ruang komersil.
Penambahan fungsi komersil di pusat kota akan berpengaruh pada pola pergerakan kota. Dengan pendekatan desain parametrik, permasalahan kompleks terkait informasi dari lingkungan khususnya pergerakan akan direpresentasikan sebagai basis perancangan. Dengan bantuan simulasi berbasis agen dan algoritma packing diharapkan terbentuk pola yang tepat untuk lalu lintas fungsi komersil yang terintegrasi dengan pergerakan kota.
Isu
1. Pergerakan
Permasalahan terkait pergerakan yang ada pada tapak yaitu sirkulasi yang terputus dan pergerakan pedestrian yang padat. Dengan kondisi tersebut pergerakan pedestrian menjadi tidak menerus dan mengurangi peranan penting pedestrian dalam perkembangan ruang komersil. Secara psikologis pergerakan tersebut menjadi menambah nilai atraktif dari ruang komersil. Hal ini sesuai dengan penyataan Hillier(1996) bahwa pergerakan sendiri dapat menjadi atraktor. Dengan adanya pergerakan dapat membentuk persepsi pengunjung mengenai keragaman dan intensitas dari aktivitas yang ada pada pusat komersil tersebut.
2. Kepadatan Kota
Pembangunan di lingkungan urban memiliki beberapa permasalahan. Bangunan dengan ragam fungsi yang ada dirancang sebagai blok-blok terpisah tanpa hubungan positif antar bangunan. Pembangunan berdempet dan berpagar menyebabkan ruang tersebut tidak lagi mudah ditembus para pejalan kaki. Kondisi membangun di lahan yang terbatas tersebut membutuhkan ruang yang efisien, kompak, dan menyatu dengan urban fabric dengan tetap memfasilitasi akan kebutuhan ruang hijau di lingkungan kota.
Metode Perancangan
Proses perancangan dapat diarahkan kedalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah analisis tapak dan pengguna, pencarian bentuk dalam 2D dengan swarm intelligence, pencarian bentuk dalam 3D dengan diagram voronoi dan Delaunay triangulation, analisis pergerakan dengan space syntax, pengembangan rancangan, dan pengembangan fasade. Pencarian bentuk secara 2D dilakukan dengan analisis menggunakan pemodelan berbasis agen. Hasil analisis akan digabungkan dengan generasi fungsi atraksi dalam grasshopper sehingga menghasilkan gubahan massa 3D.
Dalam tesis ini ditetapkan tiga rumusan masalah sebagai dasar perancangan. Tiga rumusan masalah tersebut adalah terkait simulasi pergerakan, transformasi pergerakan, dan penilaian pergerakan. Teori swarm intelligence digunakan sebagai dasar simulasi agen pergerakan. Diagram voronoi digunakan untuk mentransformasi pergerakan agen ke dalam bentuk ruang. Space syntax digunakan sebagai alat penilai kualitas ruang dari transformasi pergerakan.
Swarm intelligence digunakan sebagai alat simulasi agen pergerakan secara 2 dimensi. Hal ini akan menggambarkan prediksi pergerakan pedestrian pada lantai dasar ruang kota. Dari tahapan ini dimunculkan titik-titik sebagai atraktor baru bagi pergerakan yang akan digunakan dalam tahap selanjutnya. Atraktor dapat didefinisikan sebagai aktivitas maupun ruang dalam lingkup arsitektur. Peletakan titik atraktor baru diharapkan dapat menyebarkan pergerakan pedestrian secara merata.
Diagram Voronoi dan Delaunay Triangulation sebagai salah satu pola packing dalam desain parametrik digunakan sebagai alat transformasi titik atraktor pergerakan menjadi bentuk arsitektur. Ruang dibentuk dengan mengumpulkan berbagai informasi di sekitar tapak yang pada akhirnya dengan sistem komputasi diolah menjadi sebuah solusi untuk kebutuhan arsitektural terkait perubahan, adaptasi, dan modifikasi ruang. Kombinasi antara Diagram Voronoi dan Delaunay triangulation menjadi representasi dari struktur dan infrastruktur kawasan.
Dari diagram voronoi tercipta sebuah ruang-ruang arsitektural yang dapat menampung program aktivitas. Ruang ini kemudian dianalisis dengan Space Syntax untuk melihat nilai dari konektivitas dan integritas dari sistem ruang. Kedua nilai tersebut dianggap mewakili untuk representasi nilai aksesibilitas, orientasi atau pencarian jalur, dan node atau titik kumpul kawasan. Dengan nilai tersebut dapat dilihat kualitas ruang dari hasil simulasi transformasi pergerakan.
Tema Perancangan
Konsep perancanan kawasan ini didasarkan pada tujuan utama yang ingin dicapai yaitu merancang pusat perbelanjaan yang terintegrasi di kawasan urban dengan merespon pergerakan pengunjung. Untuk memenuhi tujuan tersebut, dalam perancangan pusat perbelanjaan ini sirkulasi menjadi fokus utama perancangan. Pendekatan pergerakan pejalan kaki berupaya untuk menghilangkan batas antar bangunan sehingga menciptakan pengalaman ruang yang menerus dan menjadikan pusat perbelanjaan sebagai bagian dari ruang publik.
Tujuan tersebut dicapai dengan tema perancangan yaitu “ Shopping Park Network”. Dengan tema tersebut komplek akan dirancang menjadi taman belanja yang terintegrasi dengan struktur kota dan fungsi sekitar. Tema tersebut kemudian dijabarkan ke dalam konsep integrated, compact & permeable, urban oasis, dynamic layers.
Konsep
Integrated
Dengan melihat kecenderungan pola pergerakan di jalan merdeka dan purnawarman, diperlukan fungsi yang mampu mengoptimalkan pergerakan tersebut. Pergerakan antar dua atraktor berupa pusat perbelanjaan dapat dimanfaatkan oleh fungsi bangunan dengan sifat attractor user. Komplek dirancang sebagai sebuah lifestyle center yang merupakan bagian dari kawasan terintegrasi yang saling bersinergi antar fungsi kegiatan. Hubungan antara ruang komersil dan ruang kota yang dipengaruhi oleh lalu lintas pedestrian dapat saling melengkapi satu sama lain. Komplek akan menjadi komplemen pusat belanja dan menghidupkan kawasan sekitar menjadi pusat gaya hidup urban di Kota Bandung.
Compact & Permeable
Tujuan utama perancangan yaitu menciptakan pusat belanja yang berorientasi pedestrian dan merespon struktur ruang kota. Tapak dioptimalkan untuk pejalan kaki sebagai pengguna utama dengan memaksimalkan ruang untuk pejalan kaki dan meminimalkan penggunaan area sirkulasi untuk jalur kendaraan. Hal ini dicapai dengan konsep compact & permeable. Rancangan akan menyediakan rute-rute alternatif yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat agar tercipta kawasan yang hidup. Rute tersebut akan membuka akses dari berbagai sisi tapak untuk merespon fungsi di sekitar tapak. Untuk merespon struktur ruang kota, rancangan yang kompak diharapkan dapat memaksimalkan fungsi bangunan sebagai pusat belanja tanpa mengurangi kenyamanan bergerak bagi pejalan kaki. Dengan merancang sirkulasi publik yang menerus dan nyaman dan dapat memberikan gambaran arsitektur sebagai bagian dari ruang kota yang memiliki hubungan konektivitas yang positif dengan bangunan sekitar.
Urban Oasis
Terdapat permasalahan berupa kurangnya sebaran ruang terbuka di kawasan perancangan. Konsep Urban Oasis akan menciptakan ruang terbuka publik di tengah kawasan urban sebagai sarana restoratif bagi masyarakat sekitar. Ruang terbuka tersebut sebagai penyeimbang pola massa bangunan yang bersifat solid. Ruang terbuka dapat dimanfaatkan sebagai area hijau maupun plaza sebagai titik pengumpul dan pusat aktivitas.
Salah satu tujuan perancangan adalah meneruskan pergerakan pedestrian kota secara dinamis. Untuk hal tersebut konsep yang diterapkan adalah sirkulasi yang menerus dan kaya akan pengalaman ruang. Hal tersebut dicapai dengan menghubungkan titik-titik atraktor dengan jalur sirkulasi pada berbagai level ketinggian bangunan. Dengan demikian pedestrian dari berbagai level dapat dengan mudah mengakses komplek.