Rasa Ruang: Ruang Pribadi, Ragam Emosi
15213020 | Andrew Cokro Putra
Rasa Ruang
Manusia hidup dalam sebuah ruang dan seseorang tumbuh bersama dalam kebersamaan. Ruang, sebagai wadah, elemen pasif dalam kehidupan manusia memberikan rasa dalam aktifitas individu maupun kelompok. Beragam rupa bentuk, tekstur, dan kualitas ruang lainnya memberi kekayaan emosi tersendiri bagi kita yang merasakannya.
Kamar, artikel ini membahas sebuah kamar sederhana yang saya rasakan sekian lama. Ini bukan kamar saya tapi kamar sahabat saya. Kamar dia kini menjadi kamar ‘kami’ sahabat-sahabatnya yang terus bertahan setelah mencicipi rasa ruang ini.
Terletak di kawasan perumahan di Kota Harapan Indah, Bekasi, Jawa barat, berdirilah sebuah rumah 2 lantai dengan kamar ini berada di lantai kedua rumah tersebut. Kamar ini menghadap kejalan utama di perumahan tersebut, memiliki satu arah bukaan dan berada tepat disebelah kamar mandi dengan kamar mandi. Secara fisik kamar ini tidak berbeda dengan kamar-kamar biasanya, lantai terdiri dari keramik warna terang berukuran 40x40cm dan dinding diberi warna hijau telur asin dan beberapa corak-corak sederhana. Denah kamar berbentuk huruf L sehingga membentuk dua zonasi interpretasi dengan ukuran ruang yang sangat berbeda. Area besar merupakan letak komputer pribadi yang digunakan sehari-hari, televisi, dan kasur king size. Di area kecil terdapat satu buah sofa dan lemari pakaian juga rak buku.
Gambar 2. Denah kamar dan Interpretasi Zonasi. Sumber: Dokumentasi pribadi
Ruang ini merupakan tempat berkumpulnya kami untuk berbagai hal sejak SMP, SMA hingga sekarang bila kami ingin berkumpul lagi. Ruang ini memberikan kami kesempatan untuk bertukar pikiran, menyatakan beragam emosi, dan mengalami kenangan-kenangan yang menarik. Berikut merupakan persoalan-persoalan desain yang ditanggapi ruang ini hingga mempertahankan rasa ruang ini bagi saya dan sahabat-sahabat saya.
Suasana Hati
Meskipun kamar ini terlihat biasa, konsekuensi komposisi ruang yang berbentuk L ternyata memberi pengguna ruang kesempatan memilih ‘ruang’-nya. Saat beberapa orang berkumpul di ruang ini, tidak setiap orang datang dengan suasana hati yang sama. Area besar menjadi tempat kami bercanda tawa, bermain bersama dengan laptop kami, dan kegiatan bersama lainnya. Lain hal dengan aea kecil, area kecil ini menjadi tempat yang cocok untuk menenangkan diri, seakan terpisah dari keramaian. Adanya interseksi antar zona ini juga memberi dampak yang cukup menarik, saat orang tersebut merenung ia tak merasa ditinggalkan, ia tidak merasa sendiri, karena tetap terjadi interaksi dengan teman-temannya di area besar. Fleksibilitas ruang yang tercipta ini memberikan rasa nyaman bagi beragam suasana hati dalam ruang ini hingga saat ini.
Gambar 3 (kiri) dan 4 (Kanan). Interior kamar. Sumber: Dokumentasi pribadi
Kedekatan
Ruang pribadi sebesar 3x5m memang cukup luas untuk dihuni oleh satu orang. Saat kita berkumpul, sangat jarang sekali hanya satu atau dua orang saja yang datang, seringkali minimal terdapat enam orang dalam satu ruang ini. Jadilah ruang ini memberi kesan intim. Bukaan yang hanya satu dan ditutupi juga oleh gorden menambah kesan intim ruang ini. Apapun yang kita bicarakan atau perbuat sangat mudah dilihat oleh teman-teman kami sehingga membuat kami selalu bercerita banyak hal dan sangat jarang sekali menutupi sesuatu. Hal ini memberi rasa kedekatan pada setiap kami hingga saat ini.
Gambar 5. Suasana dalam kamar. Sumber: Dokumentasi pribadi
Aksesibilitas
Hal lain yang membuat kami sangat senang berkumpul disini ada akses ke ruang ini yang cukup unik. Untuk kami sahabat-sahabat pemilik kamar ini, kami dapat dengan mudah diberi izin untuk masuk ke rumahnya dan masuk ke kamarnya. Letak kamar juga sangat mendukung, bukaan kamar tepat menghadap jalan dan pagar rumah, sehingga membuat pengawasan dari kamar ke pengunjung dan sebaliknya menjadi sangat mudah. Kemudahan aksesibilitas ini menjauhkan kami dari rasa takut untuk masuk kerumah dan merasa asing hingga saat ini.