Di Tengah Akihabara
15213001 | Rizkia Amalia
Pada hari Minggu, 10 Januari 2016 jam 14.00 hingga 17.00 waktu Jepang di musim dingin, saya dan keluarga mampir ke satu titik terbesar di Tokyo yaitu Akihabara. Akihabara merupakan pusat perbelanjaan untuk barang elektronik, suku cadang elektronik, anime, manga, dan sebagainya. Kami pergi ke sana untuk menemani paman yang ingin membeli sebuah tablet di Softmap, sebuah toko elektronik. Karena saya tidak tertarik untuk menemani sepenuhnya, saya memilih untuk jalan-jalan saja berkeliling Akihabara.
Saat itu, jalan besar Akihabara sedang ditutup untuk event Car-Free Day, seperti hari Minggu di beberapa jalan besar di Bandung dan Jakarta. Car-Free Day membuat banyak pejalan kaki berlalu lalang di jalur kendaraan. Namun yang terlihat, jalan kendaraan banyak dipakai orang hanya untuk menyebrang, pengguna sepeda atau sekedar ingin menikmati pemandangan pertokoan dengan skala pandang lebih luas. Jika diperhatikan, orang lebih cenderung berjalan di jalur pejalan kaki depan pertokoan karena suhu yang lebih hangat.
Karena musim dingin pula, sulit sekali mendapatkan sinar matahari secara langsung di tempat ini. Posisi matahari selalu berada di selatan. Sinarnya hanya mengenai puncak bangunan yang setinggi lebih dari sepuluh lantai. Itu juga kalau tidak terhalangi oleh bangunan di depannya. Keberadaan tumbuhan di Akihabara hanya ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa pohon Ginkgo yang berdaun sedikit karena gugur.
Jika memperhatikan gaya berpakaian, sebagian besar orang di tempat ini menggunakan coat yang cenderung berwarna gelap dan stylish. Masih ada juga perempuan-perempuan yang memakai kimono karena atmosfir Tahun Baru yang masih ada. Orang-orang yang berkarakter sibuk dengan dunianya sendiri membuat saya cukup nyaman menikmati pemandangan pertokoan tanpa terganggu sama sekali.
Energi di Akihabara seperti tidak pernah habis. Sejuta warna elemen lampu plang toko vertikal yang mengikuti kecenderungan tulisan hiragana dengan gaya tategaki memenuhi kanan kiri jalan. Selain lampu vertikal, ada juga lampu-lampu yang berputar dan terus bergerak berulang. Semakin malam, perpaduan semua elemen lampu terlihat semakin indah dan punya rasa tersendiri.
Suara elektronik, permainan, video musik saling menabrak namun tidak memekakkan telinga. Banyaknya orang yang berjalan dan berbicara dan udara yang dingin memperhalus gelombangnya dan menyamarkan suaranya.
Langit menjadi gelap ketika jam menunjukkan pukul 16.30. Udara semakin dingin. Lampu semakin menderang. Orang-orang di jalan pelan-pelan menyingkir dan bergabung bersama pertokoan di jalur pejalan kaki. Car-Free Day berakhir dan kendaraan satu-satu melintasi jalan Akihabara. Di momen terakhir, saya masih berdiri menyebrang sambil menikmati suasana jalan tersepi sebelum Car-Free Day berakhir, mencoba mengingat satu frame besar tentang satu jalan yang sangan berkesan ini.